Tentang Blog Ini

Blog ini dibuat atas kesadaran, sebagai kebutuhan untuk mengembangkan kreatifitas diri... :)

Jumat, 08 Januari 2010

SANG MAESTRO MATEMATIKA DARI PINGGIRAN SUNGAI OXUS



Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibandingkan ilmu2 lainnya. Alasannya, filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari ilmu dan matematika adalah ibu dari segala ilmu. ada juga yang beranggapan bahwa filsafat dan matematika adalah ibu dari segala ilmu yang ada. hubungan lainnya dari matematika dan filsafat karena kedua hal ini adalah apriori dan tidak eksperimentalis. hasil dari keduanya tidak memerlukan bukti secara fisik.

Matematika dan filsafat mempunyai sejarah keterikatan satu dengan yang lain sejak jaman Yunani Kuno. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi para filsuf, metodenya juga banyak diadopsi untuk mendeskripsikan pemikiran filsafat. Kita bahkan mengenal beberapa matematikawan yang sekaligus sebagai sorang filsuf, misalnya Descartes, Leibniz, Bolzano, Dedekind, Frege, Brouwer, Hilbert, dan lain sebagainya. Tapi kita tidak akan berhenti disini saja tentang filsafat dan matematika, akan saya ungkapkan dengan sangat runtut dan indah tentang matematika dan filsafat di dunia islam. Di mana dunia Islam tidaklah bisa di anggap remeh dalam perkembangan Ilmu di dunia ini, karejna sebenarnya semua bersumber pada Islam, semua ilmu pengetahuan didunia ini telah tertulis dengan indahnya tanpa terlewat setitik pun dalam catatanya. Dunia Islam memiliki peradapan yang sangat indah dalam dunia ilmu Matematika dan tentunya Filsafat.

Dunia Islam benar-benar sebuah peradaban yang lengkap jika kita mau mempelajarinya. Dari obat-obatan sampai matematika semua ada di dalamnya, begitu juga para ahlinya. kali ini giliran tokoh matematika yang akan memperkenalkan diri. Kita sebagai warga matematika pastilah mengenal satu teori matematika yang bernama Algoritma, karena kita telah mempelajarinya. Dan hal itu bukan sesutu hal yang asing di telinga orang matematika. Sebuah teori yang mempermudah manusia menghitung dalam jumlah besar dengan menggunakan sistem desimal.

Seorang yang bernama Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khawarizmi, seorang intelektual Islam yang lahir pada tahun 770 Masehi, di sebuah kota bernama Khawarizmi. Tak ada data yang pasti tentang tanggal dan kapan tepatnya Al Khawarizmi dilahirkan. Khawarizmi adalah sebuah kota kecil sederhana di pinggiran sungai Oxus, tepatnya di bagian selatan sungai itu. Sungai Oxus adalah satu sungai yang mengalir panjang dan membelah negara Uzbekistan.

Uzbekistan, adalah sebuah negara muslim yang besar sebelum tentara Rusia mengambil alih dan menggempur daerah itu pada tahun 1873. Ratusan tahun lebih Uzbekistan berada dalam tatanan pemerintahan Islam dengan penduduk mayoritas Islam yang hidup makmur dengan rahmat melimpah. Tapi rupanya, hal ini membuat orang-orang Rusia mulai melirik Uzbekistan menjadi satu di antara banyak negara jajahannya. Itulah kenapa Al Khawarizmi dipanggil dengan sebutan Al Khawarizmi, untuk menunjukkan tempat awal dilahirkannya tokoh kita kali ini. Pada saat Al Khawarizmi masih kecil, kedua orang tuanya berimigran, pindah dari Uzbekistan menuju Baghdad, Irak. Saat itu Irak di bawah pemerintahan Khalifah Al Ma'mun yang memerintah sepanjang tahun 813 sampai 833.
Kelak di kota inilah lahir sebuah konsep matematika yang oleh orang Barat dan kita di sini sekarang, menyebutnya sebagai Algoritma. Entah bagaimana awalnya sampai menjadi Algoritma, tapi yang jelas ia berasal dari kata Al Khawarizmi. Mungkin orang-orang Barat dengan lidahnya terlalu sulit menyebutkan dengan fasih kata Al Khawarizmi sehingga menjadi Algoritma.

Al Khawarizmi adalah seorang tokoh matematika besar yang pernah dilahirkan Islam dan disumbangkan pada peradaban dunia. Seorang tokoh yang sangat cerdas dan berbakat yang dimiliki oleh Islam. Dan mungkin tak seratus tahun sekali akan lahir ke dunia orang-orang seperti dia. Meski namanya dikenal sebagai seorang ahli dalam bidang matematika, sebenarnya ia juga ahli dalam bidang yang lain. Al Khawarizmi juga seorang astronomi, ia juga seorang yang ahli dalam ilmu geografi dan segala seluk belum tentang tanah dan bumi.

Perlu kita cermati bahwa inilah yang menarik dalam Islam, seorang tokoh yang ahli dan dikenal dalam satu bidang, selalu saja ahli pula dalam bidang yang lain. Ada kesimpulan yang bisa ditarik dari sini, bahwa Islam adalah sebuah tatanan menyeluruh yang tak terpisahkan. Belajar matematika tak lepas pula belajar astronomi. Belajar astronomi tak ketinggalan pula belajar tentang keindahan alam dan itu tak terlepas pula dari pelajaran tauhid. Bahwa kedahsyatan alam ini tercipta karena kebesaran Allah pada manusia dan semesta. Semua Ilmu yang ada di Dunia ini hanya berasal dari Allah.

Tradisi Ilmiah bisa kita temui dihampir semua peradaban sepanjang sejarah umat manusia. Salah satu tradisi ilmiah yang menjadi catatan sejarah adalah tradisi ilmiah Islam. Dalam kesempatan ini kita akan membuka catatan sejarah bagaimana tradisi ilmiah pernah tumbuh subur dikalangan umat Islam, bagaimana ilmuwan-ilmuwan muslim terdahulu mengkaji dan menggali pengetahuan. Salah satu prestasi ilmuwan Islam yang tidak bisa kita lupakan adalah bagaimana mereka menemukan :
>> Angka Nol
>> Angka-Angka Arab
>> Algoritma
>> Aljabar
>> Trigonometri bidang datar, sferis, dan analitis
>> Menghitung persamaan akar kuadrat
>> Tabel Sinus dan Cosinus
>> Persamaan pangkat tiga
>> Karya Banu Musa dalam ilmu geometri
>> dan lain sebagainya tak terhitung jumlahnya

Dunia Barat boleh mengklaim bahwa mereka adalah kawasan sumber ilmu pengetahuan. Namun sejatinya, yang menjadi Gudang Ilmu Pengetahuan adalah kawasan Timur Tengah. Yaitu Mesopotamia, peradaban tertua dunia ada di kawasan ini juga.
Masyarakat dunia sangat mengenal Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar. Namun, dibalik kedigdayaan Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar ternyata hasil pemikirannya sangat dipengaruhi oleh ilmuwan Muslim bernama Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Dia adalah seorang tokoh yang dilahirkan di Khiva (Iraq) pada tahun 780. Jika kaum terpelajar lebih mengenal para ahli matematika Eropa, maka kaum biasa juga mengenal ilmuwan Muslim yang menjadi rujukan para ahli matematika tersebut.

Al Khawarizmi selain terkenal dengan teori Algoritmanya, ia juga dikenal sebagai seorang yang membangun teori-teori matematika lain, di antaranya Aljabar. Salah satu kehebatan Al Khawarizmi adalah, ia tak hanya mengenali satu hal sebagai subyek saja, tapi ia juga mampu menyelesaikan masalah yang ada dalam subyek tersebut. Dunia benar-benar tak bisa lepas dari jasa-jasa orang orang Islam.

Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi. Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.
Selain ahli dalam matematika al-Khawarizmi, yang kemudian menetap di Qutrubulli (sebalah barat Bagdad), juga seorang ahli geografi, sejarah dan juga musik. Karya-karyanya dalam bidang matematika dimaktub dalam Kitabul Jama wat Tafriq dan Hisab al-Jabar wal Muqabla. Inilah yang menjadi rujukan para ilmuwan Eropa termasuk Leonardo Fibonacce serta Jacob Florence.

Karya Aljabarnya yang paling monumental berjudul al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Aljabar dan Perbandingan) Dalam buku ini diuraikan pengertian-pengertian geometris. Ia juga menyumbangkan teorema segitiga sama kaki yang tepat, perhitungan tinggi serta luas segitiga, dan luas jajargenjang serta lingkaran. Dengan demikian, dalam beberapa hal al-Khawarizmi telah membuat aljabar menjadi ilmu eksak.

Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.

Karya lain dari al-Khawarizmi adalah geografi yang berjudul Kitab Surah al-Ard (Buku Gambaran Bumi). Buku ini memuat daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri-ciri geografisnya. Kitab ini secara tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius Ptolomaeus (100–178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut dikoreksi dan dibetulkan oleh al-Khawarizmi dalam bukunya Zij as-Sindhind sebelum ia menyusun Kitab Surah al-Ard.

Karya-karya al-Khawarizmi di bidang matematika sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai aljabar yang disusun oleh Diophantus (250 SM) dari Yunani. Namun, dalam meneliti buku-buku aljabar tersebut al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan permasalahan ini diperbaiki, dijelaskan, dan dikembangkan oleh al-Khawarizmi dalam karya-karya aljabarnya. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ia dijuluki "Bapak Aljabar". Bahkan menurut Gandz, matematikawan Barat dalam bukunya The Source of al-Khawarizmi's Algebra, al-Khawarizmi lebih berhak mendapat julukan "Bapak Aljabar" dibandingkan dengan Diophantus karena dialah orang pertama yang mengajarkan aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya. Di bidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. Namun beberapa sarjana matematika Barat, seperti John Napier (1550–1617) dan Simon Stevin (1548–1620), menganggap penemuan di atas merupakan hasil pemikiran mereka.

Setiap tokoh mempunyai sifat ketokohannya yang tersendiri. Ketokohan al-Khawarizmi dapat dilihat dari dua sudut yiaitu dari bidang matematik dan astronomi. Namun bidang matematik akan diperjelaskan secara terperinci berbanding astronomi kerana ia melibatkan kajian yang dikaji. Dalam bidang matematik, al-Khawarizmi telah memperkenalkan aljabar dan hisab. Beliau banyak menghasilkan karya-karya yang masyhor ketika zaman tamadun Islam. Antara karya-karya yang beliau hasilkan ialah ‘Mafatih al-Ulum’. Sistem nombor adalah salah satu sumbangan dan telah digunakan pada zaman tamadun Islam. Banyak kaedah yang diperkenalkan dalam setiap karya yang dihasilkan. Antaranya ialah kos, sin dan tan dalam trigonometri penyelesaian persamaan, teorema segitiga sama juga segitiga sama kaki dan mengira luas segitiga, segi empat selari dan bulatan dalam geometri. Masaalah pecahan dan sifat nombor perdana dan teori nombor juga diperkenalkan. Banyak lagi konsep dalam matematik yang telah diperkenalkan al-khawarizmi sendiri.

Bidang astronomi juga membuatkan al-Khawarizmi dikenali pada zaman tamadun Islam. Astronomi dapat ditakrifkan sebagai ilmu falaq [pengetahuan tentang bintang-bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang berkaitan dengan bintang]. Seawal kurun ketiga lagi lagi, al-Khawarizmi telah menghasilkan dua buah yang salah satu daripadanyatelah diterjemahkan ke Bahasa Latin dan memberi pengaruh besar ke atas Muslim dan orangSpanyol dan Kristian. Penggunaan matematik dalam astronomi sebelum tamadun Islam amat sedikit dan terhad. Ini disebabkan oleh kemunduran pengetahuan matematik yang terhad kepada pengguna aritmetik dan geometri sahaja.

Banyak pujian yang diberikan para sejarawan dan ilmuwan dari Eropa
kepada karya-karya Khawarizmi. Pujian itu antara lain ditulis Phillip K Hitti, penyusun The History of The Arabs yang menyebut Khawarizmi sebagai tokoh utama dalam sejarah awal matematika Arab. Di bagian lain, Hitti menulis karya Khawarizmi, Hisab Al-Jabr wal Muqabla ini yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12 oleh Gerard dari Cremona sebagai berikut: ''Hingga abad ke-16, buku ini telah digunakan sebagai buku matematika rujukan berbagai perguruan tinggi di Eropa. Karya-karya Khawarizmi juga berjasa dalam memperkenalkan angka-angka Arab atau Algorisme ke dunia Barat.'' Sejarawan George Santon begitu memuja Khawarizmi dengan menyebutnya sebagai salah seorang ilmuan terkemuka dari bangsanya dan terbesar pada zamannya. "Terjemahan Aljabar Khawarizmi oleh Robert Chester menandai suatu zaman perkenalan dan kemajuan cabang ilmu ini di Eropa."

Dari senua uraian di atas kita bisa simpulkan bahwa selain karya-karyanya di bidang matematika, Al Khawarizmi juga melahirkan karya dalam bidang astronomi, geografi, seni musik sejarah, dan tentunya masih banyak yang lian. Di banyak universitas di Eropa, buku-buku karya Al Khawarizmi masih menjadi acuan dan text book untuk mahasiswa di sana sampai pertengahan abad ke enam belas. Karya-karyanya, setelah di terjemahkan dalam bahasa Latin, kemudian menyusul bahasa-bahasa lain seperti bahasa-bahasa yang digunakan di Eropa dan terakhir diterjemahkan dalam bahasa Cina. Dalam sejarah tercatat tujuh puluh orang yang ahli dalam bidang geografi bekerja di bawah koordinasi Al Khawarizmi. Grup ini kemudian melahirkan peta bumi yang kita kenal sebagai globe untuk pertama kali. Karya ini dikenal dunia pada tahun 830 masehi.
Sepuluh tahun kemudian, tahun 840, Al Khawarizmi meninggal dunia dengan warisannya khazanah dalam ilmu pengetahuan dunia. Kita yang masih hidup saat ini, tak bisa berbicara matematika tanpa menyebut nama Al Khawarizmi. Kita juga tak bisa bersenang-senang, tanpa mengucapkan terima kasih pada Al Khawarizmi saat mempermainkan bola dunia alias globe. Tapi yang lebih penting dari itu adalah, bagaimana caranya kita semua, mampu menjadi seperti dia.

Sumber:
1.Ahmad Tarsir. 2000. Filasafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung
2.http://id.wikipedia.org/wiki/Mu%E1%B8%A5ammad_bin_M%C5%ABs%C4%81_al-Khaw%C4%81rizm%C4%AB
3.http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-al-khawarizmi.html
4.http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_ibn_M%C5%ABs%C4%81_al-Khw%C4%81rizm%C4%AB
5.http://risalahrasul.wordpress.com/2008/06/02/al-khawarizmi-780-846-m-matematikawan-muslim/
6.http://roebyarto.multiply.com/journal/item/27
7.http://www.esqmagazine.com/2009/08/04/316/al-khawarizmi-penemu-bilangan-nol.html
8.http://hafez.wordpress.com/2008/03/14/seri-biografi-tokoh-islam-al-khawarizmi/
9.http://rumahislam.com/tokoh/3-ilmuwan/72-al-khawarizm.html
10.http://www.indonesiaindonesia.com/f/58792-al-khawarizmi-bapak-aljabar/
11.http://doctorhanif.blogspot.com/2009/08/al-khawarizmibapak-algoritma-penemu.html
12.http://parapemikir.com/tradisi-ilmiah-islam-matematika.html
13.http://www.sinaimesir.com/cetak.php?id=60
14.http://yudhim.blogspot.com/2009/08/penemu-angka-nol.html
15.http://marsigitphilosophy.blogspot.com/2008/12/hubungan-antara-filsafat-dan-matematika.html
16.http://jihad1810.wordpress.com/2009/04/09/al-khawarizmi-bapak-ilmu-aljabar-aritmetika-dan-astronomi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar